- Severe, fatal, viral polioencephalitis dari hewan berdarah panas, termasuk manusia.
- Viral encephalomyelitis akut yang menyerang carnivora dan kelelawar, meskipun dapat menginfeksi mamalia.
- virus rabies disebabkan oleh ss RNA virus; genus Lyssavirus;family Rhabdoviridae.
Sistem yang diserang
- system syaraf atau nervous system – clinical encephalitis, dapat bersifat paralitic/furious.
- Glandula salivarius – mengandung sejumlah besar partikel virus yang berada di saliva
virus rabies
Patofisiologi
- Virus masuk ke tubuh melalui luka (biasanya dari gigitan hewan buas) atau lewat membrana mucosa, bereplikasi di mycosit; menyebar ke jaringan ikat neuromusculer dan spindle neurotendineal; berjalan ke CNS lewat cairan intraaxonal dengan nervus perifer; menyebar keseluruhan ke CNS; akhirnya menyebarsecara sentrifugal dengan motor perifer, sensori, dan neuron.
patogenesis penyakit rabies
Prevalensi
- Insidensi penyakit dengan hewan terinfeksi, tinggi(mencapai 100%)
- Prevalensi – keseluruhan rendah; hanya signifikan di daerah enzootic/endemik; tinggi khususnya pada negara belum berkembang, dimana vaksinasi rutin pada anjing dan kucing belum dilakukan.
Distribusi geografik
- Seluruh dunia
- Kecuali : British isles, Australia, New Zealand, Hawaii, Japan, dan sebagian Skandinavia.
- Strain dari spesies – distribusi geografik spesifik dengan negara endemik
Sinyalemen
- Spesies – semua hewan berdarah panas, termasuk anjing, kucing, dan manusia.
- U.S – 4 strain endemik dengan rubah, racoon, skunk, dan populasi kelelawar, semua strain dapat disebarkan ke anjing dan kucing.
- Rentangan umur – hewan dewasa yang terinfeksi karena hewan buas mempunyai resiko lebih besar.
Gejala Klinis
- Relatif tenang
- 3 stadium progresif dari penyakit – prodromal;furious; dan paralytic
- perubahan perilaku – pendiam, apprehension, gangguan syaraf/nervousness, pemalu tidak seperti biasanya, atau agresif.
- perilaku tidak menentu – menggigit/menggertak; menjilat/mengunyah luka; menggigit kandang; mengembara dan menggonggong, eksitabilitas, iritabilitas, ganas.
- disorientasi : muskular – inkoordinasi; paralisis, menyerang tiba-tiba
- menyalak
- hipersalivasi/berbuih
- pemeriksaan fisik
- paralisis mandibular dan pharyngeal, dengan dropped jaw/rahang menggantung
- kesulitan menelan
- demam
gejala rabies
Faktor resiko
- menyerang hewan liar, terutama skunk, raccon, kelelawar, dan rubah
- kurang cukupnya vaksinasi anti rabies
- luka gigitan/cakaran dari anjin, kucing atau hewan liar yang belum divaksin
Kultivasi
Prosedur Diagnosis
Pemeriksaan Pathologik
Diferensial diagnosis
PERHATIAN: hati-hati dalam menghandle untuk mencegah transmisi dari virus ke individu yang menjaga dan mengobati hewan.
Prognosis
Kontrol dan Treatment
Client education
Pengobatan
- no treatment, sekali diagnosa positif, diindikasikan euthanasia.
Monitoring pasien
Pencegahan
Komplikasi yang mungkin
- dari paralisis sampai perubahan perilaku.
Potensi Zoonosis
sumber vet-klinik.com
- Virus rabies dapat dikultur pada jaringan otak dari embryo kelinci, tikus, ayam, yang dilarutkan pada larutan Tyrode’s serum, dan plasma.
- Embryo ayam diinfeksi secara irreguler tetapi virus tetap dapat beradaptasi dan tumbuh walaupun dihasilkan lesi yang tidak spesifik.
- Infektivitas untuk hewan-hewan dapat dikurangi dengan penanaman pada embryo ayam.
Prosedur Diagnosis
- Cairan cerebrospinal – meningkatnya minimal jumlah protein dan leukosit dapat terlihat.
- Test DFA (Direct Immunofluorescent Antibody) dari jaringan kulit – biopsi kulit dari sensory vibrissae dari area maxillary, termasuk folikel rambut subcutan terdalam
- Fluorescence Antibody Technic (FA ) Test
- Teknik isolasi kultur sel
- ELISA
- Identifikasi dengan antibody monoklonal
- Intra vitam diagnosa
Pemeriksaan Pathologik
- Perubahan makros – umumnya tidak ada, hanya ditemukan penyakit neurologik dramatik
- Perubahan histopatologi – akut sampai kronik polioencephalitis; peningkatan proses keradangan non suppuratif pada CNS sebagai kemajuan diagnosa, banyak syaraf dengan otak mengandung benda inklusi intrasitoplasmik klasik (Negri bodies)
Diferensial diagnosis
- harus mempertimbangkan secara serius rabies pada anjing dan kucing memperlihatkan mood yang tidak biasa/ perubahan perilaku atau menunjukkan gejala syaraf yang tidak diketahui sebabnya
PERHATIAN: hati-hati dalam menghandle untuk mencegah transmisi dari virus ke individu yang menjaga dan mengobati hewan.
- Beberapa penyakit syaraf – tumor otak, viral encephalitis
- Luka kepala – Identifikasi lesi dari luka
- Paralisis laryngeal
- Tercekik
- Infeksi virus pseudorabies
Prognosis
- fatal, menyebabkan kematian
- semua anjing dan kucing dengan gejala klinis akan mati dalam 7-10 hari dari onset dari gejala klinis.
Kontrol dan Treatment
- pembatasan untuk area karantina penyembuhan dengan gejala akhir yang jelas mengindikasikan rabies.
- Kandang harus dikunci; hanya dibuka saat ada yang melintas.
- Pemberian pakan dan minum tanpa membuka kandang
- Diet : pakan yang halus dan lembut; sebagian besar pasien tidak mau makan
Client education
- memberi informasi kepada klien terhadap keseriusan penyakit rabies pada hewan dan potensi zoonosis.
- Menmberitahu klien tentang penularan pada manusia(kontak, gigitan) dan memperingatkan klien.
- Pengenalan RS lokal yang manangani pasien rabies
- Pertimbangan Pembedahan
- Biopsi kulit – dapat membantu diagnosis antemortem; harus dikonfirmasikan dengan identifikasi dari jaringan CNS
Pengobatan
- no treatment, sekali diagnosa positif, diindikasikan euthanasia.
Monitoring pasien
- semua pasien yang dicurigai harus diisolasi dan di monitor dari perkembangan perubahan mood, perilaku, atau gejala klinis yang menuju ke diagnosis.
- Anjing atau kucing yang kelihatannya sehat yang menggigit atau mencakar orang harus dimonitor selama periode 10 hari, jika tidak ada gejala kesakitan terjadi pada hewan selama 10 hari, orang tersebut tidak terkena virus; anjing/kucing tidak mengeluarkan virus lebih dari 3 hari sebelum gejala klinik penyakit berkembang.
- Anjing dan kucing yang tidak divaksin yang digigit hewan buas (gila) harus dikarantina lebih dari 6 bulan/tergantung dari peraturan daerah setempat.
Pencegahan
- Vaksin (anjing dan kucing) – menurut rekomendasi standar dari peraturan dan pemerintahan lokal; semua anjing dan kucing yang potensial terkena divaksin setelah umur 12 minggu, lalu 12 bulan setelahnya, dilanjutkan dengan tiap 3 tahun dengan vaksin untuk 3 tahun, untuk kucing harus vaksin inaktif.
- Negara bebas rabies : memasukkan anjing dan kucing harus dikarantina untuk waktu yang lama, 6 bulan, tergantung peraturan setempat.
- Desinfeksi – pada area terkontaminasi, kandang,piring makanan, atau peralatan; gunakan 1:32 larutan (4 ounces per gallon) dari pemutih pakaian untuk menginaktifkan virus dengan cepat.
Komplikasi yang mungkin
- dari paralisis sampai perubahan perilaku.
Potensi Zoonosis
- Manusia harus menghindari gigitan dari hewan terinfeksi/asymptomatic animal yang dalam masa inkubasi.
- Pada kasus rabies hewan harus dikarantina untuk pencegahan penularan pada manusia dan hewan lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar